Ya Allah!! Kasihan, Bocah-bocah Yatim Piatu Ini Keliling Kampung Berjualan ........,Hanya Untuk Sesuap Nasi!!!

Hari masihlah gelap.



Tetapi, dua bocah yatim piatu di Dusun Kanang, Desa Batetangga, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ini telah bangun lebih awal untuk menuai sayuran dari kebun warga di sekitaran tempat tinggalnya.

Sayur yang mereka petik itu tak dimasak buat mereka sendiri.
Dua bocah wanita itu, Jul (13) serta Ard (11), mesti mengemas kangkung, daun singkong, bayam, sampai kacang panjang untuk di jual berkeliling kampung.
Saban hari, kakak beradik yang belum dewasa itu mesti mendorong gerobak berkilo-kilometer jauhnya untuk menjual sayur.

 Semuanya dikerjakan untuk memenuhi keperluan hidup untuk mereka berlima serta nenek mereka yang telah renta.
Jul serta Ard sharing pekerjaan dengan tiga saudara kandung mereka yang lain.

  Pekerjaan mencari nafkah serta mengurusi tempat tinggal dikerjakan dengan cara gotong royong untuk menolong nenek mereka yang sakit-sakitan.

Terkecuali Jul serta Ard yang mencari duit dengan berjualan sayur keliling, anak tertua bernama Jel (15) hidup terpisah diluar kota untuk bekerja.
 Dua anak paling akhir, Haf (6) serta Beb (5), memperoleh sisi mengurusi tempat tinggal dengan membersihkan pakaian dan piring.

Nenek mereka, Salamiah (75), sangat terpaksa dirumah.

 Badannya yang lemah lantaran aspek umur memaksanya tidak bisa lagi berusaha keras.
 " Saya telah tidak k*u*a*t serta kerap sakit-sakitan, " kata Salamiah.
Jauh sebelumnya beberapa orang melakukan aktivitas, Jul serta Ard telah menuai sayur yang bakal di jual.
Sayur-sayur itu mereka peroleh dari kebun punya nenek mereka serta warga sekitaran.

Sesudah semuanya usai, mereka mengemas serta meletakkan sayuran itu pada gerobak dorong dari kayu untuk dijajakan dengan berkeliling.
Kadang waktu anak-anak ini mesti keluarkan tenaga ekstra, terlebih waktu hadapi jalan tanjakan.
Semuanya dikerjakan sebelumnya Ard pergi ke sekolah.
 Kelak saat sekolah selesai, ia kembali pada untuk keliling berjualan.
Jul tetaplah berjualan lantaran ia telah putus sekolah.

 " Saya bangun subuh dengan kakak, berjualan sayur sebelumnya pergi ke sekolah.
 Adik saya umumnya bersihkan piring, " kata Ard.
Minggu, 3 April 2016 13 : 47
Kasihan, Bocah-bocah Yatim Piatu Ini Keliling Kampung Berjualan Sayur

Lima anak yatim piatu di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, sangat terpaksa berjualan sayur-mayur sembari mendorong gerobak keliling kampung mulai sejak ke-2 orangtuanya yang wafat dunia satu tahun lebih lantas.

Pendapatan mereka tidak pasti.

 Berapakah juga pendapatan yang mereka peroleh dibagi dengan yang memiliki kebun sayur.
Dalam satu hari, keuntungan yang mereka peroleh tak kian lebih Rp 20. 000.
Duit yang mereka peroleh dari bekerja itu sering kali tidak bisa penuhi keperluan hidup.
 Mereka kerap memohon beras pada tetangga bila persediaan telah habis.

Warga kerapkali memberi pertolongan beras setiap saat anak-anak itu kehabisan duit serta keperluan pokok.
Akibat ketiadaan cost juga, Jel serta Jul sangat terpaksa putus sekolah.
Saat ini, Jel mesti pergi meninggalkan nenek serta ke empat adiknya untuk bekerja diluar kota.

Iba serta bersimpati

Warga sekitaran kampung mereka mulai sejak dahulu berlangganan sayuran yang mereka jual.
 Warga terasa kasihan dengan keadaan anak-anak yang belum layak berusaha keras seperti itu.
Banyak pelanggan mengakui iba atas usaha keras mereka.
Warga bersimpati lantaran mereka berjuang hidup tanpa ada mesti mengemis di jalan atau mengharap belas kasihan orang lain.

Untuk mereka, tak ada saat untuk bermain atau bersosialisasi dengan anak-anak sepantarannya, demikian juga saat tiba libur akhir minggu atau berlibur panjang.
 Mereka tetaplah bekerja.
Waktu berlibur, bocah-bocah itu pergi ke pasar kampung sembari bertukaran mendorong gerobak penuh sayuran. Jauhnya sebagian km

dari tempat tinggal mereka.

Supaya sayuran itu dapat laris sebelumnya pasar tutup, mereka berniat pergi mulai sejak subuh. Marhuma, pelanggan sayuran mereka, mengakui salut serta hormat atas jerih payah mereka walau dalam keadaan serba terbatas.
Hatinya terketuk, terlebih mengingat anak-anak bertubuh kurus itu kerapkali tidak k*u*a*t bekerja fisik seperti itu.

 " Kasihan, pernah digotong warga, jatuh pingsan di jalanan lantaran kelaparan. Keadaan kesehatannya sembuh sesudah di beri makanan oleh warga, " tutur Marhuma.

Kehilangan saat kanak-kanak

Kehidupan lima bocah bersaudara ini memanglah tak enteng.
 Ke-2 orangtuanya wafat dunia satu tahun lebih lantas.
Bapak mereka wafat dunia dalam kecelakaan kerja di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sang ibu telah berpulang lebih dahulu lantaran sakit.
Mulai sejak waktu itu, mereka berlima mesti menjaga sang nenek.

Deraan hidup yang sekian keras kerapkali bikin anak-anak itu kehilangan beberapa peristiwa saat kecilnya.

Saat lihat anak-anak lain hidup berbahagia berkumpul berbarengan keluarga serta orangtuanya, mereka cuma hanya bisa berandai-andai alami hal sama.
Sembari menyeka air matanya, Ard menyampaikan sering bersedih lantaran tidak ada lagi orang-tua yang dapat jadi tempat baginya untuk mengadu serta berkeluh kesah.
Si anak bungsu bahkan juga tid
ak lama lihat muka ke-2 orangtuanya.
Ke-2 orangtuanya sudah tidak ada waktu ia belum genap berumur satu tahun.

Atas keadaan itu, Salamiah mengakui sering mencemaskan kehidupan serta hari esok ke lima cucunya.
Tetapi, apa daya, badannya yang lemah membuatnya mesti terima kondisi ini tanpa ada dapat banyak berbuat.

Subscribe to receive free email updates: